Diary Tentang Teman
Cipt. Babaya Bungas
Aku memang beruntung, atau setidaknya merasa sangat beruntung punya banyak teman yang sangat beragam di sekelilingku. Ada yang perduli, baik, lucu, cuek, bahkan ada pula yang menyebalkan. Semua tetaplah teman bagiku, apapun karakternya.
Dari berbagai karakter itu aku bisa banyak belajar bersikap, belajar tentang kejujuran, kesetiakawanan, kesabaran, berbagi, pengorbanan dan banyak hal lainnya. Dari situlah aku menyadari betapa tak ada salahnya punya banyak teman, baik berteman orang yang punya sifat buruk ataupun terpuji.
Sebenarnya diri kita sendirilah yang seharusnya bisa memilah dan memilih mana perbuatan yang benar dan salah. Bukan karena kita berteman dengan orang yang benar atau salah.
Dari banyak teman, sepertinya hal yang paling langka saat ini adalah KEJUJURAN. Dan yang paling meraja adalah sifat EGOIS yang menjunjung tinggi ke aku annya. Yang merasa paling bisa dan pintar juga ada. Hal seperti inilah yang kadang membuat seseorang tanpa sadar merendahkan orang lain karena terlalu membanggakan dirinya sendiri.
Ada juga yang suka pamer telah berbagi, hingga tak menyadari betapa itu sudah menjadi hal yang berbentuk ria. Sedangkan teman yang paling bikin bete adalah teman yang mudah tersinggung.
Yang paling ku suka dari banyak teman yang ada adalah orang yang cuek. Kenapa? Karena dibalik cueknya sering aku dapati betapa dia sangat perduli dengan keadaan teman di sekelilingnya meskipun keadaan dirinya tak lebih baik dari teman yang lain. Cueknya bukan karena sombong atau egois, tapi karena dia terbiasa tak mau ikut campur urusan orang lain. Kecuali pada hal-hal yang memang dia bisa membantu. Begitulah, seharusnya disetiap keadaan kita bisa menambah ilmu sekaligus mengambil pelajaran tentang keburukan dan kebaikan dari lingkungan pergaulan kita.
Hal yang utama dari berteman bukan untuk mencari keuntungan ataupun untuk menonjolkan diri, tapi menjadi wadah untuk belajar arti kebersamaan tanpa membedakan status sosial atau lingkungan, kaya dan miskin ataupun pintar tidaknya seseorang.
Juga usahakan agar kita bisa membiasakan diri untuk tidak lekas memberikan vonis jahat pada seseorang hanya karena dia berteman dengan orang yang jahat. Siapapun orang itu, sekalipun dia berada di lingkungan orang jahat kalau dia tahu akan batasan BURUK & BAIK atau batasan SALAH & BENAR pasti akan tetap menjadi pribadi yang baik dan benar. Orang yang mudah terpengaruh adalah orang yang memang punya niat melakukannya, bukan karena pengaruh lingkungan.
Sebagai contoh, seseorang sering mengaku ikutan oplosan berjemaah karena dia menghormati temannya. Benarkah itu? Tentu tidak, karena teman yang pantas dihormati adalah teman yang menjunjung tinggi kehormatan, kejujuran dan kebenaran. Bukan untuk orang yang mengajak berbuat buruk, apalagi yang mengajak oplosan.
Jadi orang yang punya alasan sekedar menghormati teman adalah hanya untuk menutupi betapa dia memang ingin melakukan hal tersebut.
Munafik, kira-kira itu pantas tertuju untuknya. Cobalah berpikir jernih, haruskah kita tetap memilih berteman tapi kita harus nyebur bersama ke hal buruk? Insya Allah jangan, jangan sampai hal itu terjadi pada kita. Gunanya teman bukan menjerumuskan, tapi tuk saling mengingatkan. Sekali lagi jangan pernah salahkan teman atau lingkungan ketika kita ikutan melakukan hal yang tak benar.
Modal berteman bukan karena kekayaan atau kepintaran, tetapi karena bisa membedakan SALAH dan BENAR. Itu saja, begitu simple bukan? Tapi kadang kita sendiri yang bikin rumit karena terbiasa pada hal yang itu-itu saja. Padahal jika saja kita mau mengerti bahwa yang SALAH masih bisa DI DIBENARKAN, tentu KESALAHAN yang sama takkan berulang. Tapi begitulah, mungkin karena aku cuma dianggap sekedar teman, jadi aku tak bisa menjangkau kedalaman pola berpikirnya.
Begitulah beragamnya prilaku disekitarku. Untuk yang berkelakuan menyimpang segala protes dariku tak berguna, dan segala sindir sama tak berartinya untuknya. Jadi satu-satunya cara adalah belajar cuek meski hati kecil tetap merasa tersakiti.
Berteman tetap berteman, tapi mulai kini aku mulai belajar menata kehidupan sendiri yang terlupakan karena mengutamakan kebersamaan yang nyatanya lebih banyak melukai perasaan daripada memberikan ketenangan. Aku baru menyadari, betapa kebanyakan orang hanya menganggap teman cuma sebagai teman bukan sebagai sesuatu yang berarti di kehidupannya. Bukan pula sebagai penanda BAIK dan BURUK atau SALAH dan BENAR. Istilah teman cuma berlaku saat berbaur saja, setelahnya begitu mudah terlupakan.
Kenapa sampai sebegitunya? Karena sepertinya dalam hal pertemanan yang terjalin selama ini, segala langkah baik untuk pembenaran selalu diartikan salah. Kata sok ikut campur bahkan sempat terlontar dari satu mulut, meski hal itu tak perlu dibesar-besarkan.
Pelajaran berharga dari sepenggal kata "TEMAN" ternyata sama dengan "CINTA", yakni sama-sama tak bisa total berkorban. Karena ketika sekali terluka, bekas lukanya bisa berdarah kembali. Pelajaran lainnya adalah jangan pernah ada dendam. Karena tak pernah ada dendam yang bisa membuat orang bisa hidup tenang. Dari ini kembali kita dapat pelajaran baru tentang keikhlasan dan kesabaran.
Demikianlah, saatnya kita mulai belajar membenahi kekurangan diri disetiap keadaan. Terutama belajar peka akan keadaan sekitar kita, belajar tanpa keterpaksaan. Belajar jadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Yuk, kita belajar bareng menuju kebaikan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar